Al Harits bin As'ad Al muhasibi


Al-Harits bin As’ad al-Muhasibi, berasal dari Bashra yang meninggal di Bagdad tahun 243 H. Beliau di beri gelar al-Muhasibi karena  suka melangsungkan introspeksi. Harits bin As’ad al-Muhasibi mengarang berbagai kitab yang terkenal salah satu Kitab karyanya , al-Ri’ayah li Huquq al-Insan, salah satu karya Islam yang terindah tentang kehidupan batin.

Harits bin As’ad al-Muhasibi, adalah seorang sufi yang mengkompromikan ilmu syari’at dan ilmu hakikat. Menurut al-Qusyairi, dalam ilmu, kerendahan hati dan pergaulannya yang terpelihara baik tidak ada bandingannya pada masa itu.

Menurut  asy-Sya’rani, “Dia ( al-Muhasibi ) adalah seorang alim diantara tokoh-tokoh alirannya, menguasai ilmu-ilmu lahir, ilmu pokok agama, serta ilmu-ilmu muammalah.


 Harits bin As’ad al-Muhasibi, berkata: “Rasa sedih itu berbagai macam, rasa sedih karena hilangnya sesuatu yang adanya sangat disenangi, rasa sedih karena khawatir tentang yang terjadi esok lusa, rasa sedih karena merindukan yang diharap bisa tercapaiternyata tidak tercapai dan rasa sedih karena ingat betapa diri menyimpang dari  ajaran-ajaran Allah.”

Diriwayatkan dalam Tadzkirah al-Aulia’ ath-Ththar, “landasan ibadah itu kerendahan hati, sementara landasan kerendahan hati itu taqwa. Landasan taqwa itu introspeksi, sementara landasan introspeksi itu rasa takut maupun rasa harap. Rasa takut maupun rasa harap muncul dari pemahaman terhadap janji dan ancaman Allah. Pemahaman terhadap janji dan ancaman Allah itu muncul karena ingat balasan Allah, dan ingat balasan allah itu sendiri muncul dari penalaran serta perenungan.

Harits bin As’ad al-Muhasibi, membedakan amal menjadi dua, “Amal-amal kolbu, dalam mengkaji hal-hal ghoib, lebih luhur tinimbang amal-amal anggota tubuh luar.

Pendapat-pendapat Harits bin As’ad al-Muhasibi sangat berpengaruh terhadap Imam Ghozali, ketika menulis Ihya’ ulumuddin banyak mengutip dari Ri’ayah li Huquq al-Insan karya al-Muhasibi.