Fudhail ibn Iyadh berasal pula dari Khurasan dan meninggal di Mekkah pada 187 H. Sebelumnya Fudhail ibn ‘Iyadh adalah perampok dan bertaubat, dan menjauhi duniawi. Fudhail bin Iyadh pernah ber kata, “Andaikan dunia dengan isinya ditawarkan kepadaku, pasti aku akan menilainya sebagaimana kalian menilai bangkai yang akan mengotori baju ketika kalian melewatinya.” Mengenai Riya’, Fudhail bin Iyadh ber kata, “Membiarkan amal demi manusia adalah riya’.” Tentang Ma’rifat Fudhail bin Iyadh berpendapat, “Orang yang patut menerima keridhoan Allah adalah yang mengenal Allah.” Dan tentang Zuhud Fudhail ibn ‘Iyadh, berkata: “Sumber zuhud adalah keridhoan Allah.”
Mungkin Fudhail bin Iyadh adalah kalangan zuhud pertama yang menekankan lebih pentingnya
pembinaan batin daripada hanya menampakkan diri dengan lahiriah ibadah. Tentang hal ini Fudhail ibn ‘Iyadh berkata, “Menurut kamu, seorang anak tidak jadi matang kepribadiannya hanya karena banyak puasa atau sholat, tapi harus karena kedermawanan jiwanya, kelapangan dadanya, dan saran-sarannya kepada orang banyak.”
Sebagaimana pendapat-pendapat Fudhail bin Iyadh yang dikemukakan al-Sulami, menunjukkan pemahamannya yang mendalam tentang asketism atau zuhud, pembinaan jiwa, dan perlunya berhias diri dengan keutamaan-keutamaan.